𝗠𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮 𝗛𝗲𝗯𝗮𝘁, 𝗦𝘂𝗹𝗶𝘁 𝗗𝗶𝗻𝗮𝘀𝗲𝗵𝗮𝘁𝗶

Ada beberapa manusia yang merasa hebat, merasa banyak berjasa dan lebih parah nya suka merendahkan seseorang, yang lebih aneh lagi dia tidak menerima nasehat. 

Hatinya tertutup akan nasihat, telinganya tuli dari suara nasehat, karena ia merasa telah berada di atas puncak kebaikan.

Padahal, hanya "merasa hebat" saja itu adalah awal dari kesombongan, dan merasa lebih dari yg lainnya itu sesungguhnya adalah tameng dari aib yang belum tampak.

Siapa yang merasa tak butuh nasihat, padahal 𝙨𝙚𝙡𝙚𝙫𝙚𝙡 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙙𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙤𝙨𝙪𝙡𝙪𝙡𝙡𝙤𝙝 𝙨𝙝𝙤𝙡𝙡𝙖𝙡𝙡𝙤𝙝𝙪 𝙖𝙡𝙖𝙞𝙝𝙞 𝙬𝙖 𝙨𝙖𝙡𝙡𝙖𝙢 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙖𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙪𝙨𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩𝙣𝙮𝙖. 

Dikisahkan dalam sebuah siroh (sejarah)... 

Ketika akan berkecamuk perang Badar, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam sudah mengumpulkan pasukannya di lokasi sebelum sumur Badar. 

Tapi sahabat yg mulia bernama al-Hubab bin Mundzir rodhiyallohu anhu melihat tempat tersebut tidaklah tepat. 

Dengan sedikit canggung beliau mengusulkan kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam agar memajukan pasukan setelah sumur Badar, dan menutup sumber mata air yang lain. Sehingga pasukan Rosul dapat menguasai air dan menguntungkan kaum muslimin karena persediaan air melimpah sedangkan pasukan lawan tidak punya sumber air, sehingga pasukan kaum kafir akan kehausan karena kehabisan persediaan air. 

Usulan dan saran ini diterima oleh Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam dengan senang hati. Dan pasukan dimajukan ke depan sumur Badar. 

Kemudian, kejadian terulang kembali di saat pengepungan benteng Khaibar. 

Perkumpulan pasukan Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam terlalu dekat ke benteng. Sehingga al-Hubab bin Mundzir rodhiyallohu anhu mengusulkan agar jarak pasukan diperjauh dari benteng Khaibar, agar tidak disasar oleh panah-panah orang Yahudi. Usulan al-Hubab bin Mundzir rodhiyallohu anhu pun di terima Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam. 

Silakan cek dalam kitab al Ghozwah pada hadits - hadits shohih dan juga siroh An Nabawiyyah. Atau lihat langsung dalam kitab Fiqh As-Siroh. Yang ditulis oleh Prof. Dr. Zaid bin ‘Abdul Karim Az-Zaid. 

Maka 𝙨𝙞𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙞𝙧𝙖 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙗𝙖𝙞𝙠, 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙡𝙞𝙣𝙜 𝙨𝙪𝙡𝙞𝙩 𝙙𝙞𝙨𝙖𝙙𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣. Karena ada penyakit di dalam hatinya. 

*Dan sejatinya orang baik adalah mereka yang masih mau belajar terus agar terus menjadi baik.* 

Allohul Musta'aan... 

Hamba yg faqir ilmu.

Comments

Popular posts from this blog

Menyikapi Khilafiyah dalam Puasa: Belajar Adab dari Ulama Salaf

𝙳𝙸𝙰𝙽𝚃𝙰𝚁𝙰 𝚃𝙰𝙱𝙸𝙰𝚃 𝙱𝚄𝚁𝚄𝙺 𝙼𝙰𝙽𝚄𝚂𝙸𝙰